Tugas utamanya adalah memroses darah setelah meninggalkan lambung, menyaring racun, dan menciptakan nutrisi yang dapat digunakan tubuh.
Hati juga mengeksresi empedu yang membantu usus kecil Anda memecah lemak. Hati juga mengandung enzim yang mempercepat reaksi kimia dalam tubuh.
Pada tubuh normal, Lok menjelaskan, sel hati terus menerus mati dan melepaskan enzim ke dalam aliran darah.
Organ yang banyak akal ini kemudian dengan cepat meregenerasi sel-sel baru. Karena proses regenerasi itu, hati dapat menahan banyak cedera.
Ketika Anda memiliki tingkat enzim yang tinggi dan abnormal dalam darah—seperti yang terjadi pada pasien SARS dan MERS—itu menjadi tanda peringatan.
Jika kasusnya ringan, hati dapat pulih kembali. Namun, jika parah, bisa terjadi kegagalan hati.
Lok mengatakan, para ilmuwan belum benar-benar memahami bagaimana virus pernapasan ini menyerang hati.
Virus mungkin langsung menginfeksi, mereplikasi dan membunuh sel-nya sendiri.
Atau, sel-sel itu mengalami kerusakan tambahan karena respons imun tubuh terhadap virus memicu reaksi inflamasi yang parah di hati.
Meski begitu, di sisi lain, Lok menyatakan bahwa gagal hati tidak pernah menjadi satu-satunya penyebab kematian pasien SARS.
“Saat kegagalan hati terjadi, kami sering menemukan bahwa pasien tidak hanya memiliki masalah pada paru-paru dan hati, tapi juga ginjal. Terjadi infeksi sistemik,” paparnya.