Enggal pun merasa akal sehatnya sebagai rakyat telah dilecehkan.
"Mementingkan investasi pariwisata di saat wabah dahsyat Covid-19 bukan hanya melecehkan akal sehat tapi juga mendatangkan malapetaka besar. Kita jadi olok-olok dunia Internasional di saat negara-negara lain justru menutup negaranya dari turis," sambungnya.
Usai mengkritik pemerintah yang dianggap lalai dan terlalu fokus pada kerugian ekonomi, Enggal menyampaikan keluhannya.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan Enggal dan kawan-kawan rugi bandar, ia merasa mengalami kerugian ekonomi.
Sebagai seorang pedagang eceran, pendapatannya mengalami penurunan.
"Kalau saja pemerintah pusat sejak awal serius menangani teror Covid-19 ini, tentu saya dan kawan-kawan pedagang eceran dan UMKM lainnya masih bisa mencari nafkah sehari-hari," ucapnya.
Ada enam pelaku UMKM yang ia wakili dalam gugatan ini.
Atas kerugiannya, Enggal juga meminta ganti rugi dari presiden sebanyak Rp 10 Miliar dan Rp 20 Juta.
Tak lupa enggal menyuarakan kekecewaanya saat melihat jajaran menteri membuat guyonan tentang corona.
"Ini kan jadi bikin kami kehilangan pendapatan sementara pemerintah belum juga kasih solusi bantuan seperti apa. Saya kecewa melihat awal-awal teror Covid-19 lihat menteri di TV masih bisa becanda-canda," tambah dia.