Kasus besar lain yang ditangani Munir adalah pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994.
Ketika menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang membela bagi orang-orang hilang yang diculik. Munir membela aktivis yang hilang karena penculikan yang disebut dilakukan oleh Tim Mawar dari Kopassus TNI AD.
Sikap berani dan sigapnya dalam menentang ketidakadilan oleh beberapa pihak pada masa pemerintahan Orde Baru, membuat Munir tak disukai oleh pemerintah.
Dirinya menjadi sasaran dan lingkaran merah dari pihak intelijen karena dianggap berbahaya. Munir juga sering mendapat banyak ancaman dari beberapa orang.
Namun dirinya tetap tidak gentar terhadap ancaman yang menimpa dirinya tersebut.
Baca Juga: Beri Kabar Lewat Instagram, Ustaz Yusuf Mansur Positif Terinfeksi Virus Corona
Rencana belajar berujung meninggal
Kecintaan Munir terhadap ilmu hukum menjadikan dirinya untuk mengasah minatnya lebih dalam. Munir pun berencana melanjutkan pendidikannya ke Amsterdam, Belanda.
Penerbangan GA-974 yang menjadi wahana Munir berangkat ke Belanda, lepas landas dari Jakarta pada Senin, 6 September 2004 malam pukul 21.55 WIB.
Pesawat transit di Bandara Changi, Singapura, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Negeri Kincir Angin. Dalam perjalanan menuju Amsterdam, tiba-tiba Munir merasa sakit perut, setelah sebelumnya minum jus jeruk.
Baca Juga: Ikuti Jejaknya, Ayu Azhari Bangga Melihat Anaknya Tampil di Layar Kaca