Awan terbentuk dari awan kumulus (terutama dari kumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri.
Adapun tragedi kecelakaan pesawat yang terjadi yang disebabkan oleh awan Cumulonimbus.
AirAsia
ilustrasi pesawat Air Asia
Pesawat AirAsia QZ 8501 mengalami kecelakaan yang penyebabnya diduga menghindari awan pada akhir tahun 2014 lalu.
Kala itu, diketahui sang pilot melaporkan akan menghindari awan Cumulonimbus dengan berbelok ke arah kiri dan kemudian minta izin menaikkan ketinggian pesawat menjadi 38.000 kaki dari posisi awal 32.000 kaki.
Semenit berselang, ATC Bandara Soekarno-Hatta kehilangan kontak dengan pesawat yang dikemudikan Kapten Irianto.
Baca Juga: Bukannya Jadi Sehat, Pasein yang Berobat di Rumah Sakit ini Justru Meninggal dengan Cara Misterius
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait cuaca disepanjang rute yang dilalui Pesawat AirAsia yang hilang kontak tersebut.
Menurut BMKG, terdapat awan tebal berjenis di sekitar rute pesawat.
"Area kawasan rute penerbangan berawan dan banyak awan sepanjang rute. Ada awan juga dan ada juga awan-awan jenis lainnya," ujar Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan dan Maritim BMKG Syamsul Huda saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Minggu (28/12/2014).
Sebagai informasi, awab Cumulonimbus bisa terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer.