Kemudian pelajar dari Pakistan, Maisum Ahmed menyebut ada diskriminasi di mana hanya warga Ukraina yang boleh melewati perbatasan.
Sedangkan warga negara lain ditelantarkan begitu saja.
"Kita semua memiliki dokumen, jika kamu lihat di sana, semua warga asli Ukrania diperbolehkan lewat," jelas Ahmed.
"Kita diperlakukan seperti kotoran, binatang," sambungnya.
Selanjutnya seorang perempuan pelajar dari India menceritakan sulitnya mengungsi keluar dari Ukraina.
"Tidak ada jalan keluar selain bertarung, menendang, mendorong satu sama lain agar bisa menyeberangi perbatasan," terang dia.
Lalu ada pelajar dari Nigeria, Priscillia Vawa Zira yang nasibnya tak jelas karena belum bisa menyeberangi perbatasan.
"Saya merasa tidak nyaman, saya hanya ingin pulang," kata Priscillia.
"Selama tiga hari saya belum makan makanan yang layak," pungkasnya.
(*)