Tradisi Puasa dan Lebaran: Tradisi Ruwahan Jelang Ramadan yang Dilakukan oleh Masyarakat Jawa, Bagaimana Hukumnya Menurut Islam?

Ruhil Yumna - Senin, 21 Maret 2022 | 14:45
 
Tradisi ruwahan
Tribunnews.com
Tribunnews.com

Tradisi ruwahan

Begitu pula kata kaum Nuh:

مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آَبَائِنَا الْأَوَّلِينَ

“Belum pernah kami mendengar ajaran seperti ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu” (QS. Al Mukminun: 24).”

Kaum Quraisy pun beralasan seperti itu:

مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ الْآَخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ

“Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan.” (QS. Shaad: 7)

Berarti yang membedakan orang muslim dan orang kafir adalah dalam mengikuti wahyu.

Orang musyrik senantiasa beralasan dengan tradisi, sedangkan orang muslim mengikuti wahyu dari Allah dan Rasul-Nya.

Doa dan Amalan dari Anak Lebih Bermanfaat

Sebagai solusi yang bisa diberikan, yang pertama kita tetap tujukan doa pada mayit namun tak perlu mengkhususkan waktu seperti di bulan Ruwah.

Patut dipahami bahwa doa dari orang lain memang bermanfaat untuk mayit, namun doa yang lebih manfaat adalah doa dari anaknya sendiri.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Source : Tribun Sumsel

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest